'Power-Animal' dalam Tradisi Shamanisme
Sejak zaman dahulu, umat manusia telah menggunakan hewan sebagai totem dan simbol dari sifat-sifat tertinggi. Misalnya, singa sebagai lambang kekuatan, domba sebagai kesucian Tuhan, ular dan elang sebagai lambang prinsip suci alam semesta, dll.
Dulu saya berpikir bahwa memanggil power animal semata-mata dilakukan untuk tujuan 'memanfaatkan' kekuatannya. Sebagai orang awam, memanggil ‘power animal’ terkesan klenik — seperti pemanggilan jin atau makhluk gaib lain. Tidak salah, tentu saja, pada tingkat tertentu.
Harus diingat bahwa dalam semesta raya ini, semua diciptakan dalam derajat-derajat, baik makhluk maupun makna. Semakin dekat dengan Sang Sumber, maka derajatnya akan semakin tinggi. Jadi, kesadaran manusia yang memanfaatkan power animal sangat berpengaruh pada apa yang akan diperoleh; tentu berbeda kondisi serta hasilnya ketika seseorang melihat power animal semata sebagai alat, ketimbang melihatnya sebagai pembawa pesan semesta. Juga, semua kembali pada niatnya; memanggil seekor jaguar dengan tujuan supaya lebih digdaya, tentunya berbeda dengan memanggil jaguar untuk memproteksi ruang pemulihan jiwa.
Tujuan tertinggi dari memanggil power animal adalah untuk belajar dan menyerap kebijaksanaan yang telah disimbolkan oleh Sang Pencipta pada power animal tersebut. Dan pembelajaran itu dilakukan demi niat untuk menjadi lebih dekat, untuk mengenalNya.
Bagi seorang shaman, belajar dari seekor jaguar tentang keberanian dan ketekunan tidak ada bedanya dengan belajar lewat kejadian hidup, atau seorang guru.
Recognizing and calling upon a power animal is actually a form of communion with knowledge.
Pada puncaknya, ia adalah sebuah bentuk gnosis - pengetahuan akan misteri yang bersifat sakral, ilmu tentang Sang Sakral yang berasal dari Sang Sakral sendiri.
Jadi, karena tujuannya adalah untuk berserah secara utuh padaNya untuk menerima kebijaksanaan, ketika kita memanggil power-animal, Sang Sakral akan memberi kita apa yang kita butuhkan - bukan yang kita inginkan. Power animal yang datang kepada kita mungkin mewakili kepingan diri kita yang telah terputus dari kita (entah karena trauma atau kita anggap kurang menyenangkan), yang harus kita pelajari dan terima kembali sehingga kita menjadi utuh.
Comments